Persepsi dan Perspektif Terhadap Tindakan Atau Perilaku Berbudaya "Budaya Manggarai"


Persepsi dan Perspektif Terhadap Tindakan Atau Perilaku Berbudaya "Budaya Manggarai"

Dalam dialog terbuka yang diadakan oleh Dua Organisasi Daerah Manggarai di Makassar pada  Sabtu, 7 Mei 2022, iaitu Forum Pemuda manggarai (FPM) - Makassar dan Forum Komunikasi Mahasiswa Manggarai Barat (FORKOM MABAR) - Makassar, dalam rangka memperingati HARDIKNAS 2 Mei 2022, dengan Tema: Reedukasi Nilai Budaya, dan Sub Tema: Eksistensi Budaya Manggarai Dalam Membentuk Karakter Generasi Muda.

Alasan mendasar kedua oganisasi tersebut mengangkat tema tentang kebudayaan, karena berangkat dari kesadaran tentang bagaimana budaya yang menjadi identitas suatu bangsa atau kelompok masyarakat dalam suatu daerah, sangat penting untuk menentukan sikap, tindakan, dan pola pikir masyarakat, lebih khusus pada generasi muda masa kini di tengah era globalisasi yang dengan cepat membawa pengaruh terhadap eksistensi budaya warisan leluhur atau nenek moyang, dalam hal ini budaya daerah Manggarai.

Yohanes Hagun (John) salah satu narasumber pada saat itu selaku ketua Sanggar Budaya Manggarai (SBM) - Makassar, dengan dua narasumber lainnya, merupakan ketua Komunitas Adat Manggarai (KAM) - Makassar, kakanda "Alfhin A. Omon" dan Tokoh Pemerhati Budaya dan Pendidikan, kakanda "Ferdi Helmon".

 


Pada sesi pengantar John (Ketua SBM) sedikit memaparkan tentang definisi budaya secara umum, menurut kamus besar bahasa Indonesia, sifat-sifat budaya, nilai-nilai budaya serta komponennya.
Selanjutnya dia menerangkan bagaimana budaya itu sangat melekat erat dengan keberlangsungan hidup masyarakat, lebih khususnya masyarakat Manggarai.

Seperti yang kita ketahui maupun kita alami bersama, dimana budaya pada zaman dulu dengan sekarang sudah banyak yang bergeser kearah perubahan, baik yang tidak disadari oleh karena pengaruh masuknya budaya asing maupun dalam keadaan terpaksa oleh kebutuhan kepentingan, kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Manggarai. Misalnya faktor lain yang mendasar, seperti perkembangan teknologi, transportasi, ilmu pengetahuan, telekomunikasi, dan sebagainya yang kemudian berpengaruh pada perubahan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat.

Sangat banyak hal yang membuat budaya warisan leluhur itu dari masa kemasa memudar.  Namun sebagian dari budaya warisan itu masih tetap terjaga secara utuh dalam praktek hidup masyarakat Manggarai, contohnya; Tarian Caci, acara-acara Penti (Syukuran Tahunan, atas hasil panen dan aspek kehidupan lainnya), acara-acara Wai Anak (Peminangan), dan beberapa acara adat lainnya, dengan struktur pelaksanaannya masing-masing.

Pada saat sesi pertanyaan, beragam pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-teman pemuda dan mahasiswa. Salah satunya tentang bagaimana budaya itu sendiri memberi dampak positif bagi karakter generasi muda, dan yang kedua; bagaimana solusi ketika dalam praktik budaya itu sendiri lebih mengarah kedampak negatif.

John (Ketua SBM) menjelaskan pandangannya, berbicara tentang dampak positif suatu budaya terhadap karakter seseorang, itu tidak terlepas dari bagaimana kesadarannya secara pribadi, ketika kita mengacu pada ruang lingkup atau unsur-unsur budaya, maka perlu untuk kita sadari dan mengintrospeksi diri, bagaimana sisi spiritualitas kita, bagaimana hubungan kita dengan Sang Pencipta, dengan alam, dan dengan sesama manusia, dan tiba pada kesadaran kolektif untuk menghasilkan suatu pola pikir, sikap atau tindakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentunya ketika kesadaran itu dibangun sedemikian rupa, akan menghasilkan perilaku dan dampak yang positif pula.

Dan pertanyaan yang kedua tentang bagaimana solusi ketika dalam praktik budaya itu sendiri lebih mengarah ke yang berdampak negatif, atau tidak dalam melestarikan, melainkan merusak citra budaya sehingga berpengaruh tidak baik bagi kehidupan, lebih khususnya karakter pemuda atau masyarakat secara umumnya.

Antara pertanyaan yang pertama dan kedua bisa mendapatkan jawaban yang sama, karena mengacu pada bagimana mendorong kita untuk selalu melakukan atau mempraktek budaya itu sendiri agar kembali pada pengaruh atau dampak yang positif.

Namun sedikit John (Ketua SBM) menambahkan; Bilamana seseorang menyadari akan ada praktek negatif terhadap nilai-nilai budaya leluhur kita, maka patutlah untuk kita memberinya saran, pemahaman atau teguran secara baik-baik, dan mengajak sesama, dengan kita menunjukan sikap atau perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku dilingkungan atau daerah kita masing-masing, ketika kita selalu menunjukan rasa empati terhadap sesama dilingkungan tempat tinggal kita, maka yakin dan percaya seseorang itu sedikit demi sedikit akan menyadarinya. (Lebih ke tindakan yang nyata). Lanjutnya..

  Manusia dikatakan sebagai makhluk yang berbudaya dikarenakan manusia memiliki akal dan budi yang belum tentu dimiliki oleh makhluk lainnya. Akal yang berarti manusia memiliki kemampuan untuk berpikir dan budi berarti manusia memiliki perasaan yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk. "Closing statement"

Terimakasih. Semoga bermanfaat.

Salam budaya, Salam kebinekaan.

Komentar